Sabtu, 22 Juni 2013

langkah awal :)

Institut Pertanian Bogor merupakan kampus harapan banyak orang. Namun,  tidak berarti semua orang bercita-cita menjadi seorang mahasiswa di kampus kebanggaan warga Bogor tersebut. IPB  merupakan kampus yang diharapkan oleh salah satu sepasang suami istri yang tinggal di Bogor untuk putri sulung mereka. Gadis yang kini bertambah dewasa harus menentukan jalan hidupnya sendiri, memulai untuk meraih apa yang iya cita-citakan. Tahun 2011 merupakan awal penentuan kemanakah langkah kaki akan  menentukan jalannya. Gadis itu menginginkan yang terbaik untuknya, tapi ia tak tau arah yang tepat untuk dirinya. Beruntungnya gadis itu ketika memiliki kedua orang yang memberikan pengarahan untuknya. Kedua orang tuanya tentu sangat menyayanginya, oleh karena itu bapak, ibunya menginginkan anak tersebut menjadi mahasiswi di IPB agar dapat terus menjagan dan dapat selalu melihat perkembangannya. Namun orang tuanya tak ingin memaksa, karena yang tahu kemampuan anaknya adalah si anak sendiri. Sedangkan gadis itu menginginkan ia menjadi seorang mahasiswi di tempat yang jauh agar dapat hidup mandiri atau kuliah di akademi agar lebih menantang. Namun gadis tersebut juga tak ngin menghancurkan harapan kedua orang tuanya.
   Pendaftaran SNMPTN-undangan kini telah dibuka, gadis itu kini bertambah bimbang dengan apa yang akan dipilihnya. Menuruti keinginan kedua orang tuanya atau menuruti kata hatinya.  Yang  menjadi tempat curahan hatinya bukan hanya kedua orang tuanya, tapi wali kelasnya juga. Gadis tersebut menceritakan semua kebimbangan yang ada dalam benaknya. Wali kelasnya hanya berkata “ikuti kata hatimu, orang tuamu akan mendukung apa yang tlah menjadi keputusanmu, ridha Allah adalah ridha orang tuamu”. Kini gadis itu tahu keputusan apa yang akan di ambil. Dengan menggunakan strategi dan mempercayai kata hatinya serta tak melupakan kata “ridho Allah adalah ridha orang tuamu”, gadis itu mulai mengetahui arah mana yang akan ditempuhnya. Pendaftaran SNMPTN undangan dilakukan dengan memilih dua pilihan universitas yang dituju dan enam jurusan yang dipilih. Yang ia pikirkan saat itu adalah mewujudkan harapan kecil kedua orang tuanya, akhirnya ia memilih IPB sebagai  pilihan pertama untuk menjadi calon kampusnya. Sementara UPI menjadi pilihan kedua sebagai calon tempat rantaunya. Ia melakukan hal tersebut karena IPB memiliki kuota penerimaan yang lebih banyak daripada UPI.
 Di IPB, gadis itu memilih 3 jurusan yaitu Manajemen, Geofisika dan Meteorologi, dan Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Sementara di UPI gadis itu memilih jurusan geografi, matematika, serta perkantoran. Gadis itu tak ingin berhubungan lagi dengan pelajaran yang membuat otaknya jenuh seperti Kimia, ataupun tak lagi berhubungan dengan Biologi dan Fisika. Oleh karena itu ia memilih jurusan yang  tak sama sekali berhubungan dengan jurusannya sewaktu SMA, kecuali matematika, dan geografi. Sambil menunggu pengumuman SNMPTN-undangan, ia juga daftar ke sekolah akademi di Tanggerang bernama AMG. Ia daftar ke sekolah  akademi tersebut untuk menentukan arah langkahnya. Kini gadis itu tak buta terhadap arah langkahnya karena ia telah tahu arah mana yang akan di ambilnya.

Pengumuman hasil SNMPTN Undangan telah diumumkan, banyak  teman si gadis tak diterima di  universitas yang dituju. Gadis itu mulai diselimuti rasa kegelisahan kembali, yang ada dipikirannya hanya takut bernasib sama seperti temannya. Alasan utama kegelisahannya bukan hanya itu ternyata, yang ia takutkan adalah harus kembali membuat arah langkah kaki yang akan ia tuju. Dalam lamunannya, gadis itu hanya berharap tak mengecewakan kedua orangtuanya. Dengan segera ia membuka situs resmi SNMPTN, dan setelah selesai loading akhirnya hal yang ia harapkan musnah, ia tak dapat meratau seperti apa yang diinginkannya, namun harapan kedua orangtuanya terwujud. IRMA HERZEGOVINA menjadi salah satu nama yang lolos SNMPTN-Undangan. Gadis itu kini terdaftar menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor, Departemen Geofisika dan Meteorologi dengan Mayor Meteorologi Terapan. Setelah pengumuman tersebut menyatakan gadis itu lolos, ia tak melanjutkan langkahnya untuk memilih akademi sebagai sekolah masa depannya. Kini ia lebih memilih untuk melanjutkan langkah terhadap arah yang ia telah pilih dan membuat jalannya sendiri untuk menuju puncak yang akan ia raih.