Institut
Pertanian Bogor merupakan kampus harapan banyak orang. Namun, tidak berarti semua orang bercita-cita menjadi
seorang mahasiswa di kampus kebanggaan warga Bogor tersebut. IPB merupakan kampus yang diharapkan oleh salah
satu sepasang suami istri yang tinggal di Bogor untuk putri sulung mereka. Gadis
yang kini bertambah dewasa harus menentukan jalan hidupnya sendiri, memulai
untuk meraih apa yang iya cita-citakan. Tahun 2011 merupakan awal penentuan
kemanakah langkah kaki akan menentukan
jalannya. Gadis itu menginginkan yang terbaik untuknya, tapi ia tak tau arah
yang tepat untuk dirinya. Beruntungnya gadis itu ketika memiliki kedua orang
yang memberikan pengarahan untuknya. Kedua orang tuanya tentu sangat menyayanginya,
oleh karena itu bapak, ibunya menginginkan anak tersebut menjadi mahasiswi di
IPB agar dapat terus menjagan dan dapat selalu melihat perkembangannya. Namun orang
tuanya tak ingin memaksa, karena yang tahu kemampuan anaknya adalah si anak
sendiri. Sedangkan gadis itu menginginkan ia menjadi seorang mahasiswi di
tempat yang jauh agar dapat hidup mandiri atau kuliah di akademi agar lebih
menantang. Namun gadis tersebut juga tak ngin menghancurkan harapan kedua orang
tuanya.
Pendaftaran
SNMPTN-undangan kini telah dibuka, gadis itu kini bertambah bimbang dengan apa
yang akan dipilihnya. Menuruti keinginan kedua orang tuanya atau menuruti kata
hatinya. Yang menjadi tempat curahan hatinya bukan hanya
kedua orang tuanya, tapi wali kelasnya juga. Gadis tersebut menceritakan semua
kebimbangan yang ada dalam benaknya. Wali kelasnya hanya berkata “ikuti kata
hatimu, orang tuamu akan mendukung apa yang tlah menjadi keputusanmu, ridha
Allah adalah ridha orang tuamu”. Kini gadis itu tahu keputusan apa yang akan di
ambil. Dengan menggunakan strategi dan mempercayai kata hatinya serta tak
melupakan kata “ridho Allah adalah ridha orang tuamu”, gadis itu mulai
mengetahui arah mana yang akan ditempuhnya. Pendaftaran SNMPTN undangan
dilakukan dengan memilih dua pilihan universitas yang dituju dan enam jurusan
yang dipilih. Yang ia pikirkan saat itu adalah mewujudkan harapan kecil kedua
orang tuanya, akhirnya ia memilih IPB sebagai
pilihan pertama untuk menjadi calon kampusnya. Sementara UPI menjadi
pilihan kedua sebagai calon tempat rantaunya. Ia melakukan hal tersebut karena
IPB memiliki kuota penerimaan yang lebih banyak daripada UPI.
Di IPB, gadis itu memilih 3 jurusan yaitu
Manajemen, Geofisika dan Meteorologi, dan Ekonomi Sumberdaya Lingkungan. Sementara
di UPI gadis itu memilih jurusan geografi, matematika, serta perkantoran. Gadis
itu tak ingin berhubungan lagi dengan pelajaran yang membuat otaknya jenuh
seperti Kimia, ataupun tak lagi berhubungan dengan Biologi dan Fisika. Oleh karena
itu ia memilih jurusan yang tak sama
sekali berhubungan dengan jurusannya sewaktu SMA, kecuali matematika, dan
geografi. Sambil menunggu pengumuman SNMPTN-undangan, ia juga daftar ke sekolah
akademi di Tanggerang bernama AMG. Ia daftar ke sekolah akademi tersebut untuk menentukan arah
langkahnya. Kini gadis itu tak buta terhadap arah langkahnya karena ia telah
tahu arah mana yang akan di ambilnya.
Pengumuman hasil
SNMPTN Undangan telah diumumkan, banyak teman
si gadis tak diterima di universitas
yang dituju. Gadis itu mulai diselimuti rasa kegelisahan kembali, yang ada
dipikirannya hanya takut bernasib sama seperti temannya. Alasan utama
kegelisahannya bukan hanya itu ternyata, yang ia takutkan adalah harus kembali
membuat arah langkah kaki yang akan ia tuju. Dalam lamunannya, gadis itu hanya
berharap tak mengecewakan kedua orangtuanya. Dengan segera ia membuka situs
resmi SNMPTN, dan setelah selesai loading
akhirnya hal yang ia harapkan musnah, ia tak dapat meratau seperti apa yang
diinginkannya, namun harapan kedua orangtuanya terwujud. IRMA HERZEGOVINA
menjadi salah satu nama yang lolos SNMPTN-Undangan. Gadis itu kini terdaftar
menjadi mahasiswi di Institut Pertanian Bogor, Departemen Geofisika dan Meteorologi
dengan Mayor Meteorologi Terapan. Setelah pengumuman tersebut menyatakan gadis
itu lolos, ia tak melanjutkan langkahnya untuk memilih akademi sebagai sekolah
masa depannya. Kini ia lebih memilih untuk melanjutkan langkah terhadap arah
yang ia telah pilih dan membuat jalannya sendiri untuk menuju puncak yang akan
ia raih.